Saturday, September 5, 2009

Hidup adalah Anugerah


Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar - Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu - Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suami atau isterimu - Ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan meminta pasangan hidup.

Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu - Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke surga.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu - Ingatlah akan seseorang yang begitu mengaharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.

Sebelum engkau bertengkar karena rumahmu yang kotor, dan tidak ada yang membersihkan atau menyapu lantai - Ingatlah akan orang gelandangan yang tinggal di jalanan.

Sebelum merengek karena harus menyopir terlalu jauh - Ingatlah akan sesorang yang harus berjalan kaki untuk menempuh jarak yang sama.

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu - Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.

Sebelum engkau menuding atau menyalahkan orang lain - Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa dan kita harus menghadap pengadilan Tuhan.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu - Pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.

Hidup adalah anugerah, jalanilah, nikmatilah, rayakan dan isilah itu.

NIKMATILAH SETIAP SAAT DALAM HIDUPMU, KARENA MUNGKIN ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI!

Keputusan Hakim


Cerita ini terjadi di kota New York pada pertengahan 1930-an ketika AS mengalami depresi ekonomi. Saat itu hari amat dingin. Di seluruh penjuru kota, orang-orang miskin nyaris kelaparan. Di suatu ruang sidang pengadilan, seorang hakim duduk menyimak tuntutan terhadap seorang wanita yang dituduh mencuri septong roti. Wanita itu berdalih bahwa anak perempuannya sakit, cucunya kelaparan, dan karena suaminya telah meninggalkan dirinya. Tetap saja penjaga toko yang rotinya dicuri menolak untuk membatalkan tuntutan. Ia memaksa bahwa wanita itu harus dihukum untuk menjadi contoh bagi yang lainnya.

Hakim itu menghela nafasnya. Sebenarnya ia enggan menghakimi wanita ini. Tetapi ia tidak punya pilihan lain. "Maafkan saya," katanya sambil memandang wanita itu. "Saya tidak bisa membuat pengecualian. Hukum adalah hukum, jadi Anda harus dihukum. Saya mendenda kamu
sepuluh dolar, dan jika kamu tidak mampu membayarnya maka kamu harus masuk penjara sepuluh hari."

Wanita itu tertunduk, hatinya remuk. Tanpa disadarinya, sang hakim mencopot topinya, mengambil uang sepuluh dolar dari dompetnya, dan meletakkan uang itu dalam topinya. Ia berkata kepada hadirin:

"Saya juga mendenda masing-masing orang yang hadir di ruang sidang ini sebesar lima puluh sen karena tinggal dan hidup di kota ini dan membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk menyelamatkan cucunya dari kelaparan. Tuan Bailiff, tolong kumpulkan dendanya dalam topi ini lalu berikan kepada terdakwa."

Akhir cerita, wanita itu meninggalkan ruang sidang sambil mengantongi empat puluh tujuh dolar dan lima puluh sen, termasuk di dalamnya lima puluh sen yang dibayarkan oleh penjaga toko yang malu karena telah menuntutnya.

Tepuk tangan meriah dari kumpulan penjahat kecil, polisi New York , dan staf pengadilan yang berada dalam ruangan sidang mengiringi kepergian wanita itu.

Thursday, September 3, 2009

Semenit Saja


Betapa *besar*nya nilai uang kertas senilai *Rp.100.000*
Apabila dibawa ke Gereja untuk disumbangkan;
namun betapa *kecil*nya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa *lamanya* melayani Allah selama lima belas menit
namun Betapa singkatnya kalau kita melihat film.

betapa *sulitnya* untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan)
namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar/teman
tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa *asyiknya* apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra
namun kita mengeluh ketika khotbah di Gereja lebih lama sedikit daripada biasa.

Betapa *sulitnya* untuk membaca satu ayat Kitab Suci
tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa *getolnya* orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser
namun lebih senang berada di kursi paling belakang ketika berada di Gereja.

Betapa *Mudahnya* membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata,
namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 3 hari ketika berpuasa.

Betapa *sulitnya* menyediakan waktu untuk ibadah;
namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada
saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa *sulitnya* untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam Kitab Suci
namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa *mudahnya* kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran
namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci.

Betapa setiap orang *ingin *masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya
atau berpikir, atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa.

Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail,
dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api;
Namun kalau ada mail yang isinya tentang Kerajaan Allah betapa seringnya kita
ragu-ragu, enggan membukanya dan men-sharingkannya, serta langsung klik pada
icon *DELETE*

ANDA TERTAWA? atau ANDA BERPIKIR-PIKIR?
Sebar luaskanlah SabdaNya, bersyukurlah kepada ALLAH, YANG MAHA BAIK,
apabila anda tidak mem-FORWARD pesan ini.
Betapa banyak orang tidak akan menerima pesan ini,
karena anda tidak yakin bahwa mereka *masih percaya akan sesuatu?*

God bless.....